Dua Kehilangan, Beda Reaksi, Terukurlah Cinta

Jika kau ingin tahu kemana kau kembali, lihatlah apa-apa yang kau cintai hari ini, adakah yang kau cintai akan menjadi pemberat timbangan kebaikanmu?

Alhamdulillah berlalu sudah hari Jumat, tanpa terompet sangsakala, berarti Bumi beserta isinya masih diizinkan tuk melanjutkan mengumpulkan bekal pulang. yang unik dari Jumat kali ini, Allah memperlihatkan dua kejadian yang sama prosesnya, tapi beda objeknya, beda pula hasil reaksinya, dari situlah terukur cinta. yang jadi aktor hari ini cukup tiga orang saja, yaitu aku dan kedua adik ku, sebut saja mereka Bagas dan Heri. Lanjutkan membaca “Dua Kehilangan, Beda Reaksi, Terukurlah Cinta”

Apresiasi Wawasan Nusantara

Sebuah bangsa yang menjadi tuan rumah sebuah negara harus memiliki satu ruh yang menjadi alasan integritas kebangsaan dan nasionalisme mereka. Ruh ini dapat berupa sebuah sudut pandang atau cara mereka memandang seperti apa bangsa mereka, hal inilah yang disebut dengan wawasan nasional. Sebagai contoh, Inggris dengan pandangan nasionalnya berbunyi “Britain rules the waves”, ini berarti tanah Inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya. Cukup banyak juga negara yang tidak mempunyai wawasan, seperti Thailand, Perancis, Myanmar dan sebagainya. Indonesia wawasan nasionalnya adalah wawasan nusantara yang disingkat Wanus. Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiawai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. Lanjutkan membaca “Apresiasi Wawasan Nusantara”

Apresiasi UUD 1945 Pasal 28F

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Jika kita kembali ke masa Orde Lama tempo dulu, betapa pasal ini dilanggar habis-habisan, rakyat dibuat bungkam mengangguk-angguk membenarkan apa yang diperbuat oleh para pemimpin mereka. Ketika segala informasi terseleksi dan terekayasa, ketika para pengumpul berita tidak pernah bisa tidur nyenyak khawatir esok nyawanya meregang karena pena mereka. Sampai akhirnya sampailah bangsa ini sampai pada terangnya, reformasi, pelan-pelan menuju kebebasan pers yang beretika.

Lanjutkan membaca “Apresiasi UUD 1945 Pasal 28F”

Apresiasi UUD 1945 Pasal 28 C Ayat 1

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”

Siapa yang tidak setuju dengan relevansi ayat  di atas melihat prasyarat kualitas manusia modern dalam dunia global yang semakin kompleks. Kebutuhan akan manusia yang berkualitas dan mampu menyalurkan serta memanfaatkan potensinya untuk kesejahteraan umat manusia. Ini adalah syarat mutlak yang harus diupayakan oleh bangsa ini guna mengembalikan kehormatan bangsa di mata dunia.

Lanjutkan membaca “Apresiasi UUD 1945 Pasal 28 C Ayat 1”

Homoseksual dan Lesbian DaLam Perspektif Agama

Kalau kita telaah sejarah peradaban manusia, sebenarnya fenomena penyimpangan seksual sudah muncul jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa Nabi Luth yang diutus untuk kaum Sadoum. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah tersebut ketika menyingkap kandungan ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah nabi Luth.

Allah berfirman : Dan Luth ketika berkata kepada kaumnya: mengapa kalian mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kalian. Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan syahwat, bukan kepada wanita; malah kalian ini kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: ‘Usirlah mereka dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” [QS Al-A’raaf:80-84].
Lanjutkan membaca “Homoseksual dan Lesbian DaLam Perspektif Agama”

Bicara Soal “Latah”

Mungkin sebagian dari kita menganggap latah hanyalah sandiwara seseorang untuk tujuan tertentu, untuk mecari perhatian misalnya, layaknya seorang pelawak yang kemudian menjadi identitas kekocakannya. Namun, bila orang terdekat kita yang mengidap “penyakit” ini, atau malah kita sendiri, barulah kita percaya bahwa latah ternyata bukan rekayasa, walaupun kerap tetap pada awalnya adalah sandiwara.

Seorang psikolog, Dr. Rinrin R. Khaltarina, Psi., M.Si., dalam www.pikiran-rakyat.com, mengemukakan tentang latah ini sebagaimana paparannya berikut, namun sebelumnya kita lihat pengertian latah ini.

Menurut KBBI edisi ketiga, “Latah terjadi pada orang yang; (1) menderita sakit syaraf dengan suka meniru-niru perbuatan atau ucapan orang lain, (2) kelakuan seperti orang gila (misalnya karena kematian orang yang dikasihi), (3) meniru-niru sikap, perbuatan, kebiasaan orang atau bangsa lain, dan (4) mengeluarkan kata-kata yang tak senonoh.

Lanjutkan membaca “Bicara Soal “Latah””

Sejarah Penanggalan Hijriah

Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, pernah beliau mengutarakan gagasannya mengenai perlunya menetapkan kalender Islam yang akan dipakai sebagai penenggalan dalam urusan administrasi masa kekhalifahannya,dan sebagai kebutuhan kaum muslimin, pada masa itu penanggalan yang dipakai kaum Muslimin berbeda-beda, ada yang memakai tahun gajah, dimana pada tahun itu terjadi penyerangan dari balatentara Abrahah dari negeri Yaman untuk menyerang Ka’bah, yang kemudian niatnya digagalkan Allah Yang Maha Esa. Dan di tahun itu pula lahirnya nabi Muhammad SAW. dan ada pula yang pemakaian tanggal didasarkan kepada hijrahnya Nabi Muhammad dari Makah ke Madinah.

Gagasan untuk membuat penanggalan Islam itu dapat direalisasikan ketika Khalifah Umar bin Al-Khattab mejadi khalifah, sumber keterangan Al-Baruni menyatakan bahwa Khalifah Umar menerima surat dari Gubernur Basrah yang isinya menyatakan” Kami telah banyak menerima surat dari Amirul Muminin, dan kami tidak tahu mana yang harus dilaksanakan terlebih dahulu, dan kami telah membaca agenda kegiatan yang bertanggal Sya’ban, tapi kami tidak tahu persis Sya’ban mana yang dimaksud, apakah Sya’ban tahun ini atau Sya’ban tahun depan yang dimaksud. Rupanya surat dari Abu Musa Al-Asy’ari ini diterima Khalifah sebagai suatu permasalahan yang sangat urgen, perlu segera dibuat suatu ketetepan penanggalan yang seragam yang dipergunakan sebagai keperluan admisistrasi dan keperkuan masyarakat umat islam lainnya.
Lanjutkan membaca “Sejarah Penanggalan Hijriah”

Lomba Paduan Suara Mahasiswa Tingkat Nasional 2009: Menyatukan Ragam Budaya Indonesia

BANDUNG, bertempat di Aula Barat ITB,  Lomba Paduan Suara Mahasiswa Tingkat Nasional 2009 berlangsung selama 4 hari dari 19 November 2009 hingga 21 November 2009.

Acara ini diselenggarakan oleh Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti Depdiknas bekerjasama dengan ITB dan Universitas Katolik Parahyangan, dan pada 19 November dibuka secara resmi oleh Dirjen Dikti, Fasli Jalal.

Paduan suara mahasiswa, menurut ketua panitia pelaksana, Laurentius Tarpin, merupakan sebuah wadah untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat mahasiswa dan juga merupakan sarana yang mempengaruhi cara berpikir, cara merasa, cara bersikap, dan berinteraksi dengan sesama. Pada Lomba Paduan Suara Mahasiswa Tingkat Nasional 2009 kali ini, terdaftar 59 universitas dari seluruh Indonesia pada babak penyisihan. Setiap grup terdiri atas minimal 30 dan maksimal 40 peserta, sudah termasuk pemusik dan dirigen. Grup tersebut terdiri dari 4 komposisi suara di dalamnya, yaitu sopran, alto, tenor, dan bas. Seluruh grup yang telah mendaftar di babak penyisihan (59 grup) mengirimkan rekaman suara dalam format CD/DVD yang berisi 1 lagu daerah dari wilayah Indonesia, dibawakan menggunakan alat musik ataupun secara akustik. Dari 59 grup tersebut, dewan juri meloloskan 20 universitas ke semifinal. Pada babak semifinal, peserta membawakan dua buah lagu; 1 lagu yang mereka kirimkan sebelumnya, dan 1 lagu wajib yang telah ditentukan panitia.
Lanjutkan membaca “Lomba Paduan Suara Mahasiswa Tingkat Nasional 2009: Menyatukan Ragam Budaya Indonesia”

Kondisi Manusia Akhir Zaman

Sesungguhnya keajaiban manusia di akhir zaman ini sangat banyak dan nyata sekali. Terkadang kita kurang jeli memperhatikannya sehingga terlihat dunia ini berjalan baik-baik saja. Namun, bila kita cermati dengan baik, kita akan menemukan segudang keajaiban dan keanehan dalam kehidupan manusia akhir zaman dan hampir dalam semua lini kehidupan. Keajaiban yang kita maksudkan di sini bukan terkait dengan persitiwa alam seperti gempa bumi, tsunami dan sebagainya, atau kejadian yang aneh-aneh lainnya, melainkan pola fikir manusia yang paradoks yang berkembang biak di akhir zaman ini.

Berikut ini adalah sebagian kecil dari berfikir paradoks yang berkembang akhir-akhir ini dalam masyarakat luas. Lebih ajaib lagi, berfikir paradoks tersebut malah dimiliki pula oleh sebagian umat Islam dan para tokoh mereka. Di antaranya :

Bila seorang pengusaha atau pejabat tinggi melakukan korupsi milyaran dan bahkan triliunan rupiah, maka aparat penegak hukum dengan mudah mengatakan tidak ada bukti untuk menahan dan mengadilinya.
Lanjutkan membaca “Kondisi Manusia Akhir Zaman”

Mumi Toraja

TorajaAdat Toraja selama ini memang dikenal mengagungkan mayat. Prosesi penguburan jenazah bisa lebih semarak dibandingkan upacara pernikahan anggota masyarakat adat mereka. Biaya pesta penguburan bagi seseorang yhang berkhasta tinggi bisa mencapai  1 milyar rupiah bahkan lebih. Dana sebesar itu dipakai untuk membeli babi, kerbau, membangun pemondokan pesta, dan pernak-pernik upacara lainnya. Jika dana tak kunjung memadai untuk semua itu, jenazah bisa disimpan selama satu sampai dua tahun sebelum dikubur.

Masyarakat Toraja terliohat terobsesi pada maut,  kematian bagi mereka adalah pencapaian dalam  kehidupan yang abadi. Ritual penguburan dipahami sebagai ritual penebusan dosa dan pembersihan dari rasa takut. Oleh karena itu masyarakat Toraja memegang teguh prinsip bahwa “Hidup manusia adalah untuk mati”, artinya setelah mati manusia akan menuju kehidupan yang kekal di  nirwana atau “Puya” dalam bahasa Toraja. Untuk mencapai Puya itulah seseorang yang mati harus membawa bekal harta sebanyak-banyhaknya. Nyawa orang yang meninggal juga akan diantar ke surga melalui pesta yang semarak tersebut. Memestakan penguburan juga dinilai sebagai upacara perayaan penyembuhan mayat tersebut. Lanjutkan membaca “Mumi Toraja”